Kamis, 10 Maret 2016

Batita Terpeleset, Kakinya Patah

Gambar 1. Ruang Operasi
dok.pri
Hari ini, Rabo, 9 Maret 2016 saya dan suami mendampingi si kecil yang akan menjalani operasi pengambilan pen (platina yang dipasang di lengan kirinya). Meskipun libur Hari Raya Nyepi dan bertepatan dengan GMT tahun 2016, RS Kustati tetap melayani operasi seperti yang sudah dijadwalkan. Memang jadwal operasi khusus hari ini mundur dari jadwal hari-hari biasa karena Tim Medis yang akan melakukan tindakan operasi melaksanakan shalat Gerhana di masjid sekitar rumah sakit terlebih dahulu. Saya dan suami tidak dapat ikut melaksanakan shalat gerhana karena harus mengantri. (Bagian administrasi tetap berjalan, sejak jam 5 pagi, saya mulai mengantri jam 5).
Di sini saya bukan mau menceritakan tentang operasi pengambilan pennya Faiz, melainkan menceritakan kembali pengamatan saya waktu menunggu Faiz yang sudah dibawa masuk ke ruang operasi. Saya berada di luar ruang operasi, sedangkan suami tetap mendampingi Faiz sampai Faiz dibius.
Sejak mengantri di bagian administrasi pagi-pagi, saya mendengar tangisan keras anak kecil yang tiada henti. Dalam hati saya miris, Ya Allah, sakit apakah si kecil hingga menangis kok tidak berhenti? Bagaimana bapak dan ibunya menghadapi anaknya yang rewel terus-terusan. Mungkin anak itu tidak tidur semalam. Tentu saja bapak ibunya juga begadang semalaman.
Sebuah tempat tidur didorong/ditarik  2 orang perawat. Seorang lelaki muda berada di sisi tempat tidur. Di atas tempat tidur ada batita yang menangis “kejer-kejer” tidak berhenti, posisi duduk dengan kaki diperban. Astaghfirullah, jadi, anak kecil ini yang sejak tadi menangis? Seorang ibu muda duduk di kursi panjang di depan saya. Sepasang suami isteri mendekati ibu muda tadi. Ibu muda dan ibu yang barusan datang (saya memperkirakan ibunya) sambil berpelukan terisak. Beberapa orang mendekati mereka, mungkin saudara-saudaranya. Saya pindah tempat duduk agak jauh.
Tangis si kecil tetap kuat. Hati saya benar-benar ikut tersayat perih. Lebih dari setengah jam bapak muda yang menunggu di dalam keluar setelah suara tangis si kecil reda. Bapak muda duduk lesu, di sampingnya ada lelaki separuh baya yang mengusap punggung bapak muda. Bapak muda itu menangis, benar-benar menangis. Melihat adegan itu, tak kuasa mata saya ikut berkaca. Air mata saya ikut tumpah.
Kok saya bisa seperti itu? Sebab 4 bulan yang lalu saya mengalami hal yang sama. Faiz jatuh dan tangannya patah. Saya benar-benar menyesal. Saya ingat betul, malam hari sebelum paginya Faiz dioperasi, Faiz menangis menahan sakit. Bagaimana ibunya tidak perih tersayat hatinya melihat anaknya yang tak berdosa menanggung penderitaan seperti itu? Saya yakin orang lain akan melakukan hal yang sama dengan saya-suami dan pasangan muda tadi.
Saya dan orang-orang, keluarga pasien yang menjalani operasi berpindah tempat. Menunggu di ruang tunggu jalan keluar setelah pasien dioperasi. Pasangan muda tersebut duduk berdampingan di kursi depan. Sedangkan bapak dan ibu dari sang isteri pasangan muda tadi duduk di belakang saya. Ada saudaranya yang duduk di samping saya.
Ternyata mereka berasal dari Pati, Jawa Tengah. Anak kecil yang menangis tadi usianya belum dua tahun. Saya tak sempat menanyakan nama anak kecil. Gadis kecil tadi lagi senang-senang berjalan. Badannya memang kecil (berat badan kurang dan memprihatinkan), ibunya mengalami kesulitan untuk membujuk agar anaknya doyan makan. Sejak lahir memang ada masalah dengan kondisi kesehatan batita tadi.
Kata saudara yang duduk di samping saya, batita tadi terpeleset saat akan ke kamar mandi bersama ibunya. Ceritanya begitu. Hari Senin (2 hari yang lalu) dibawa ke RS Kustati ini. Bagi saya sedikit cerita ini sangat bermanfaat.
Saya beranjak dan berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu, sekedar menghilangkan penat dan menghilangkan kantuk yang mulai menyergap. Semalam saya kurang tidur. Faiz mulai jam 1 malam harus puasa. Jadi saya jam 9 harus membangunkan Faiz untuk minum susu. Kemudian menunggu jam 12 malam untuk menyediakan minum susu yang terakhir, saya tidak tidur. Saya mengisi malam dengan membuka dan menulis blog. Takutnya kalau saya memejamkan mata malah bablas tidur sampai pagi. Kasihan Faiz, bakalan kelamaan puasanya. Jam 12 lebih sedikit saya membuat susu buat Faiz. Lalu saya bilang padanya setelah ini sudah tidak boleh makan dan minum. Dia oke-oke saja. Yes, Alhamdulillah.
Jam setengah satu satu tidur, jam setengah 4 bangun untuk menyiapkan semuanya dan siap meluncur ke rumah sakit. Tiga jam saja saya memejamkan mata.
Sekitar jam 10 Faiz keluar dari ruang operasi dalam keadaan belum sadar. Saya dan suami beserta 2 orang petugas menuju zal. Di zal I C1 seorang perawat sudah siap menerima kedatangan pasien. Setelah Faiz dipindahkan ke tempat tidur, mbak perawat cantik tadi berpesan bla-bla-bla. Sip. Pesannya, jangan lupa sebentar-sebentar dibangunkan.
00000
Saya minta izin pada suami untuk shalat di mushola. Ketika masuk mushola, saya melihat bapak muda, bapaknya si batita tadi keluar mushola.  Setelah sholat, saya melihat beberapa orang yang saya temui di depan kamar operasi dan ruang tunggu tadi pagi. Ternyata pasien batita tadi berada di kamar kelas 2, dekat mushola.
Sore hari Faiz sudah benar-benar sadar. Saya izin pada suami mau jalan-jalan sebentar. Saya menemui/menengok batita kecil cantik di zal. Keluarga ini ingat saya. Tapi untuk pasangan mudanya atau orang tua batita tadi, tidak tahu saya sama sekali. Setelah berbincang sebentar, saya ikut mendoakan agar si kecil lekas sembuh dan kembali pulih seperti semula. Akhirnya saya pamit.
Mungkin keluarga yang baru saya kenal ini heran. Orang kenalnya juga pas di rumah sakit kok tiba-tiba nengok.  Tapi tak apalah, sama-sama mendoakan. Semoga cepat sembuh.
Setelah maghrib Faiz diizinkan pulang. Alhamdulillah, Faiz sehat. Sebelum pulang saat makan sore hari rakus banget. Tempe satu potong, hati ayam, sop, nasi sepiring (tinggal 2 sendok), disantap dengan lahap. Cepat sembuh ya le. Jangan ngantuk di jalan ya le. Soalnya kita hanya naik sepeda motor. Saya bersyukur, memasuki kawasan Karanganyar, jalanan basah. Sore sebelumnya hujan deras (reportasenya anak saya perempuan yang seharian berada di rumah adik ipar). Ketika pulang nggak ada hujan, nggak ada badai.
Sampai di rumah, Faiz makan roti bakar dan masih minta mie goreng milik ayah. Wah, maruki iki jenenge. Ya wis, rapapa thole sing bagus dewe.
Karanganyar, 9-10 Maret 2016

Catatan : maruki = makan dengan lahap setelah tidak makan dalam jangka waktu lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar